Chapter 2 :
Kebiasaan
Tak terasa waktu terlah
berlalu tiga jam sejak aku bermain game ini, melihat kesudut bawah layar
laptopku, terlihat sudah jam delapan lewat tiga empat. Aku mengambil
handphoneku dan melihat bahwa benda tersebut sudah terisi penuh, diriku
melepaskan charger tersebut dari handphoneku, lalu mebukanya, hal pertama yang
kubuka tentu saja aplikasi L*ne, dan orang pertama yang kulihat adalah dia. Tidak ada balasan pikirku, lagipula
dirinya selesai kuliah pas jam delapan lewat tiga puluh, belum terhitung
dirinya harus pulang dan siap-siap untuk mengakhiri harinya.
Sudah pulang? Ketik diriku untukknya, tentu saja tidak langsung
dibalas. Diriku langsung menutup handphone lalu kembali melihat kelayar
laptopku. Menyadari bahwa diriku sudah kelelahan bermain, akhirnya aku menutp
game tersebut. Mulai membuka internet dan membaca R*ddit. Baru lima menit
berlalu, aku sudah merasa bosan dengan post-post yang baru. Tidak ada yang menarik pikirku, lalu
akhirnya mengambil handphoneku, melihat tasku masih terletak di atas kasur, ku
ambil lalu melemparkannya ke atas kursi, setelah itu menjatuhkan diriku keatas
kasur.
Berbaring beberapa saat
sambil melihat jendela chat milik Eileen, diriku langsung menyadari betapa
panasnya kamarku. Ah sial, aku lupa
membuka ac. Lalu berdiri dengan sekuat tenaga, dan pergi menjangkau remote
ac dan menghidupkannya. Hanya dalam beberapa detik berlalu, aku langsung bisa
merasakan sebuah hembusan angin segar dari ac tersebut Ah… hidup. Pikirku lagi sambil sedikit tertawa.
Tepat setelah aku
kembali menjatuhkan diri kembali kekasur aku mulai, mengambil handphoneku yang
terletak diatas kasur, terlihat sebuah notifikasi. Dengan senang aku membukanya
dan mengharapkan itu merupakan balasan dari Eileen.
Dah, sebentar aku harus mandi. Itulah balasannya.
Kay
Kembali lagi menunggu
sebuah balasan, lalu aku sadar bahwa bukan hanya satu notifikasi ternyata ada
dua. Satu lagi berasal dari Albert.
Ui Panggil dia.
Ha? Balasku singkat
Besok mau nonton G*ntama live action? Ajak dia,
Bayarinlaaaa…..
Ogah
ah, mending gua nonton sendiri
Iye, iye Akhirnya diriku memutuskan untuk ikut nonton bersamanya.
Oke, besok sore ya, ntar gua kabari
Yoo..
Diriku mengambil
earphone hitamku dari lantai samping kasurku lalu mulai memakainya, dan
memasukkan ujung lainnya ke lubang audiojack handphoneku. Membuka sp*tify lalu
membuka playlist lagu favorit ku. Lagu pertama terputar, sebuah lagu country.
Sambil mendengarkan dirikupun mulai ikut menyanyikan lagu tersebut.
“Country road…. Take me homee….” Diriku masih melanjutnya bernyanyi
hingga lagu tersebut berakhir, lagu selanjutnya. Lagi lo-fi, dengan nada yang
begitu unik dan sangat menangkan diriku mulai berbarik sambil melihat keatas.
Kapan aku bisa bertemu denganmu Memikirkan Eileen, dan kapan diriku
dapat bertemu dengannya. Dirinya pernah mengajakku untuk pergi ke kota tempat
ia tinggal, tetapi belum bisa tercapai karena masalah biaya dan tempat tinggal.
Aku tidak punya keluarga yang bisa ku kunjungi di kota tersebut, dan orang
tuaku masih tidak bisa memberikanku izin untuk pergi sendiri tanpa alasan yang
jelas.
Ah… andai kata aku orang kaya yang bisa jalan-jalan kemana-mana pikirku
lagi.
Bagaimana jika aku menang undian? Pik iranku mulai mengimajinasikan segala hal yang dapat
terjadi dalam hidupku yang dapat membuatku bisa bertemu dengannya. Lalu lagu
selanjutnya diputar lagi, masih lagi lo-fi.
Menunggunya mandi, lama juga, diriku mulai membuka kembali
handphone, tak ada apa-apa membuka
aplikasi R*ddit kembali lalu mulai browsing post-post dari seluruh dunia.
Kadang diriku terlihat serius membaca, kadang juga diriku terlihat senyum
karena ada post yang lucu.
Sepuluh menit telah
lewat, dan tiga lagu telah terlewati juga. Akhirnya aku mendapatkan sebuah
notifikasi L*ne, dengan cepat aku membuka notifikasi tersebut.
Back panggilnya.
Tanpa mikir lagi diriku
langsung menekan tombol dengan lambang telepon, beberapa detik kemudian dering
panggilan mulai terdengar, satu kali, dua kali, tiga kali, lalu berhenti.
“Yoo…” Hatiku senang,
dapat mendengarkan suaranya. Terdengar sedikit keras tapi masih terkesan
lembut. Lalu juga terdengar begitu dewasa tapi sangat kekanak-kanakan juga.
“Ah, lama amat
mandinya.” Balasku.
“Wajar la…, namanya
juga cewek, rambut panjang apalagi.”
“Lah, rambutku panjang
tapi aku cepat aja mandi.” Balasku sambil tertawa kecil
“Lu cwo, lagian cara
kalian mandi tuh beda yaa”
“Lah.. apa bedanya
coba? Sama-sama pakai air dan shampoo juga”
“Ah,sudahlah gua malas
berargumen, lelah gua kuliah”
“Tuh lelah juga
kuliah.”
Lalu kami mulai
membicarakan hal-hal tentang keseharian kami mulai dari dirinya kerja dan
diriku yang memiliki kelas dari pagi. Dan kami juga membahas apa yang biasanya
di makan oleh orang-orang kaya di negeri barat. Lalu beralih ke topik apa yang
bisa kami lakukan jika kami menang undian ataupun bisa kembali ke masa lalu.
Dalam basa-basi
tersebut, kadang aku bisa mendengar suara Eidith berbicara di belakangnya.
Sedang telepon dengan orang yang disebut Eileen sebagai kakak kelas mereka. Pacarnya? Mungkin iya, mungkin tidak.
Tapi aku tidak begitu peduli karena orang yang kupedulikan sedang berbicara
denganku.
Kadang pembicaraan kami
berakhir cepat, kadang lama. Biasanya tergantung Eileen-nya sendiri, dirinya
selalu bekerja di pagi hari, dan diriku sendiripun selalu memiliki kelas di
pagi hari. Membuat kami tidak dapat berkomunikasi lebih lama.
“Jim, dah jam 11 nih,
tidurlah”
“Dah ngantuk lu?” Tanyaku
“Cukup, takutnya ngak
bisa bangun besok.”
“Sad la… Iya deh.
Baiklah, oyasumi”
“Oyasumi….” Beberapa
waktu kemudian ia menutup komunikasi kami.
Ah, kuharap dia bisa lebih lama menemaniku. Pikirku egois. Setelah
itu, diriku mulai melepaskan earphone dari telingaku, dan melepaskan ujung nya
dari audiojack handphoneku, mengetahui bahwa aku tidak akan memakainya lagi.
Aku bangun dari tempat
tidur, dan mulai menutup lampu kamar. Kamarku tidak menjadi gelap gulita, masih
ada sumber penerangan dari kaca kecil yang terletak tepat di atas kamarku.
Ah, nonton y*utube sebentar ah… Membuka handphoneku, lalu mebuka
aplikasi yo*tube, biasanya aku menonton video-video sains, lalu video dokumen,
tapi semakin malam. Semakin aneh juga diriku terjerumus di dunia internet ini,
mulai dari menonton video sains, lalu berakhir di video tentang prosedur
pembersihan kotoran di telinga. Dan ini selau terjadi setiap malam.
Next Chapter : Kesempatan
-CBR-
-CBR-
Komentar
Posting Komentar