26 Februari 2019
Temanku Vina, membertahukanku bahwa font yang bagus adalah
font dimana ketika kita mengetik sebuah dokumen, dan ketika seseorang
membacanya mereka tidak kesulitan untuk mencari barisan selanjutnya. Internet
juga sering mengatakan bahwa font Times New Roman adalah salah satu font yang
bagus untuk membuat kita lebih paham dan hapal akan dokumen tersebut. Maka itulah
kenapa gua memakai font Times New Roman.
Nama gua William Wijaya, biasanya dipanggil Will, Willi,
tetapi sejak SMA diriku mulai dipanggil WeWe, bahkan guru sejarahku memanggilku
dengan double u-double u. Gua sih ngk
keberatan, tetapi kenapa…? Seorang mahasiswa semester dua yang berada dijurusan
pelarian (IT), saat seseorang tidak tahu mau kuliah apa, maka apa yang akan
muncul di pikiran anak tersebut dan orang tuanya disaat-saat terakhir? Tentu
saja IT, makanya gua menyebut jurusan tersebut sebagai jurusan pelarian, karena
gua yakin sebagian besar keluarga akan menentang anaknya untuk masuk ke jurusan
yang lain, seperti jurusan pertanian seperti yang gua inginkan dulu tetapi ditolak
mentah-mentah oleh orang tua dengan argumen.
“EMANGNYA LU MAU JADI PETANI APA?!”
“….” Gua hanya diem, tak ingin berargumen. Karna gua tahu saat
berargumen dengan orangtua, jika mereka sudah merasa kalah maka akan
mengeluarkan senjata rahasia mereka.
“Ooo.. Dah berani kamu melawan orang tuamu ya..” Dan gua
masih sayang uang jajan.
Gua kuliah di sebuah universitas yang cukup dikenal di
Indonesia sendiri, tetapi tidak perlu saya sebutkan untuk sekarang, mengetahui
semakin lama kalian membaca cerita ini, kalian mungkin bisa saja langsung
menebak dimaan gua kuliah.
Univ gua memiliki sebuah program yang sangat menarik, dimana
dirimu kuliah 1 tahun lebih lama (totalnya 5 tahun), jika proses perkuliahanmu
baik-baik saja (yang dimana kita tahu mungkin saja tidak), maka kita akan
mendapatkan dua gelar atau langsung memiliki S2, sangat menarik bukan? Ya, saya
masuk ke perangkap tersebut.
Gua berakhir dijurusan IT dan Matematika, dimana ketika gua
tamat gua akan mendapatkan dua gelar, S. Kom. dan S. Si. Keren kan? Cuman ya,
kita hanya melihat sisi luarnya. Setelah satu semester gua kuliah, gua langsung
tahu keluar disini dengan kedua gelar tersebut tidak akan mudah.
Tapi tunggu, kenapa gua ambil IT dan Mat? Jurusan IT, bukanlah
hal yang buruk untukku, bahkan beberapa guru SMA ku sangat merekomendasikan
diriku untuk masuk kuliah dengan jurusan yang berhubungan dengan IT, karena
diriku tentu saja cinta dengan dunia teknologi. Lalu bagaimana dengan matnya? Gua
cukup bisa di Mat, setidaknya nilaiku dan peformaku di atas rata-rata saat SMA.
Jadi berbekalan dengan kepercayaan diri yang kuat di dunia IT dan Matematika
tentu saja diriku mengambil program tersebut. Apa ada penyesalan setelah satu
semester berakhir? Gua gak tahu.
Baiklah, gua ngak akan mulai cerita ini dari kehidupan
kuliahku, mungkin akan kumulai dari SMA, akan ada begitu banyak tokoh-tokoh
yang tentu saja kusamarkan namanya tetapi akan sering muncul di ceritaku.
Kehidupan SMP gua itu singkat saja. Setelah tamat dari SD,
gua pindah ke SMP lain meskipun SD ku juga memiliki SMP, tetapi aku memiliki
pilihan SMP favoritku sendiri. Disini aku menemukan sahabatku, teman
seperjuanganku, seseorang yang telah kuinfeksikan. Namanya adalah Tio, gua
kenal Tio sejak kelas 7 SMP, tetapi tidak langsung mengenalnya, butuh proses
dong. Di kelas aku memiliki beberapa kawan, tetapi mereka kawanku karena mereka
adalah siswa yang berasal dari SD yang sama seperti diriku itulah kenapa gua berteman
dengan mereka.
Gua duduk cukup belakang tanpa mengenal sekelilingku, gua tahu
nama mereka, tetapi ntah kenapa gua tidak punya niat untuk mengajak mereka
berkenalan. Jadi akhirnya teman gua gitu-gitu aja. Sebelum gua berteman dengan
Tio, gua sudah tahu dirinya yang mana. Dia duduk mungkin sekitar 3 kursi di
depan gua. Melihat Tio berbicara dengan kawan SD gua, dan beberapa cewek di
sekitarnya lalu tertawa. Hal pertama yang gua pikirkan tentang Tio.
Wah ini cowok pasti
tipe yang suka ngumpul dan gosip dengan kawan-kawannya.
Gua salah besar.
Mungkin sekitar 3 bulan setelahkehidupan SMP gua dimulai,
wali kelas gua mulai mengacak tempat duduk setiap siswa. Ntah kenapa gua ngak
dipindahin beserta beberapa siswa, tetapi yang pasti si Tio ini dipindahkan
tepat ke belakang gua.
Masih berpikir Tio adalah orang yang seperti itu, gua ngak
begitu ingin kenalan dengannya. Gua ngak ingat bagaimana detailnya, tetapi hal
yang pasti, tiba-tiba gua mengetahui sesuatu tentang Tio yang membuatku
tertarik ingi mengenalnya. Dia suka Detective Conan. Gua secara langsung tidak
begitu suka-suka amat dengan Conan. Lalu kenapa gua tertarik? Karena gua suka
Anime, dan Conan itu adalah Anime. Maka gua mulai berpikir kalau ternyata si
Tio ini suka anime. Akhirnya kami mulai saling mengenal gua mulai berbicara
dengannya secara berkalah. Kami cukup sering membahas Conan, dan akhirnya kami
mulai sedikit lebih dekat. Tetapi gua mulai bosan membahas Conan, akhirnya gua
bertanya.
“Lu suka apa sih selain Conan?”
“Hah..?”
“Anime apa yang lu suka selain Conan?”
Dia berpikir sebentar lalu balas “Ngak tahu.”
Gua bengong, lalu berpikir Jadi nih anak hanya tahu conan?!, akhirnya gua putuskan untuk
mengajak Tio dan dua kawan gua lainnya untuk ke rumah gua, buat apa? Nonton
anime.
Mereka tiga datang, Tio, Eric, dan Richard. Kami mulai
nonton anime yang ngak pernah tayang di channel TV manapun di indonesia. Asli
dengan bahasa jepangnya hanya bermodalkan subtitle untuk tahu apa yang mereka
katakan. Kami hanya nonton sekitar 2 episodes, tapi gua tahu kalau Tio mulai
tertarik. Eric dan Richard? Mereka juga, tetapi untuk mempersingkat cerita, ketertarikan
mereka tidak bertahan begitul lama. Berbeda dengan Tio, setelah kejadian itu
berakhir dia mulai sering berbicara anime dengan gua, dan akhirnya dirinya
menjadi seseorang yang sangat mencintai anime. (Ya, ini yang gua maksud dengan
menginfeksikannya.)
Sejak saat itulah pertemanan kami menjadi begitu erat, sayangnya
kami hanya sekelas pada kelas 7 SMP saja, ketika kelas 8 dan 9 di selalu masuk
ke kelas B, sedangkan gua? Dimulai dari
7D, lalu 8E, lalu berakhir dengan 9F. Untuk sesaat gua merasa apa diri gua
begitu bego sampe makin naik, kok makin jauh ya.
Sekolah SMP ku memiliki SMA nya sendiri juga, jadi tentu
saja diriku akan SMA disana, tetapi saat pendaftaran diriku bingung ingin masuk
jurusan apa, IPA atau IPS. Akhirnya gua, Tio, dan beberapa kawan kami mulai membahas
ingin masuk kejurusan apa. Keputusan akhir kami adalah kami semua masuk IPS.
Lalu, mungkin sekitar 2 bulan sebelum UN, Tio kasih tahu
gua kalau dia pindah ke jurusan IPA, gua kaget.
“Kok pindah lu?” Tanya gua kaget, sambil duduk di taman
kecil di depan sekolah gua.
“Bapakku bilang kalau jurusan IPA, oportunitasnya lebih
besar nanti ketika mau kuliah.” Balasnya, gua ngak bisa berargumen. Lalu diam
aja, Tio akhirnya dijemput pulang.
Gua yang masih duduk di taman memikirkan banyak hal. “Pindah
gak ya..?” kenapa gua milih IPS? Karena gua dengar itu jurusan yang mudah, dan
IPA biasanya untuk anak-anak yang pinter gitu. Gua mikir terus akhirnya gua
berakhir di tata usaha sekolah SMA gua, dan meminta staff untuk ganti jurusan
gua dari IPS ke IPA. Penyesalan? Tidak, faktanya gua malah senang pindah.
Fisika, Kimia, Biologi ternyata adalah pelajaran yang sangat kusukai.
Saat itu kelompok yang berdiskusi dengan kami untuk menentukan
pilihan ada sekitar 8 orang. 7 dari 8 orang tersebut berakhir pindah ke jurusan
IPA, setelah mendengar Tio dan diriku pindah.
Kehidupan SMA gua bisa dibilang sangat menarik. Tetapi
mungkin akan kusimpan untuk lain waktu, mengetahui SMA itu 3 tahun, (ya, gua ngak
pernah tinggal kelas.) Saat kita melewati masa 3 Tahun itu kita akan berpikir kembali
lalu berkata “Singkat juga ya 3 tahun.” Tetapi faktanya 3 tahun itu adalah
waktu yang lama. 3 tahun saja sudah memberikanku begitu banyak cerita.
Setelah SMA hampir berakhir, tentu saja gua dan Tio mulai memikirkan
kemana kami akan kuliah selanjutnya, tujuan kami yang pasti adalah kami ingin
keluar dari pulau sumatra, dan belajar di pulau Jawa. Pada akhirnya gua dan Tio
berakhir di universitas di Jawa, tetapi berbeda kota. Jarak perbedaan kota kamipun
hampir seperti dari ujung pulau, ke ujung pulau lainnya. Kami terpisah jauh
tetapi tentu saja hubungan kami tidak hilang begitu saja, kenapa? Karena Vina.
Bagian ini adalah
bagian dimana gua mengenalkan diri, dan salah satu sahabat gua, selanjutnya gua
akan mengenalkan sahabat gua yang lainnya Vina (jika dia anggap diri gua
sebagai sahabat juga sih), dan beberapa
tokoh lainnya.
Komentar
Posting Komentar