Langsung ke konten utama

Postingan

Nasi Kari 1 Maret 2019

Biasanya saat kita masih kecil, kita selalu bercita-cita akan hal yang umum, seperti dokter, polisi, pilot dan lainnya. Tidak berbeda dengan gua yang dulunya bercita-cita untuk menjadi TNI, karena salah satu sepupuku telah mengenalkan pada gua apa itu senjata api. Dia mulai mengajak gua untuk bemain game tembak-tembakan yang sangat popular saat gua masih SD, ya, saat gua SD. Cita-cita itu gua pegang hingga memasuki masa SMP, dimana saat ini kita mulai berpikir lebih luas, gua ngak punya cita-cita yang pasti saat itu, tetapi gua sangat ingin berada di dunia teknologi, SMA-pun datang, dan sekarang cita-cita gua pun ganti. Gua ingin menjadi seseorang yang bekerja di bidang agrikultur, terutama di bidang kopi dan teh, tentu saja di tolak. Akhirnya sekarang cita-cita gua adalah, membuka sebuah café, bersama sahabat-sahabatkut. Vina, aslinya memiliki nama yang terdengar seperti nama seorang lelaki, jadi saat Tio membicarakan tentang dirinya gua selalu anggap Vina itu seorang lelaki. Hi...
Postingan terbaru

Nasi Kari 26 Februari 2019

        26 Februari 2019           Temanku Vina, membertahukanku bahwa font yang bagus adalah font dimana ketika kita mengetik sebuah dokumen, dan ketika seseorang membacanya mereka tidak kesulitan untuk mencari barisan selanjutnya. Internet juga sering mengatakan bahwa font Times New Roman adalah salah satu font yang bagus untuk membuat kita lebih paham dan hapal akan dokumen tersebut. Maka itulah kenapa gua memakai font Times New   Roman.           Nama gua William Wijaya, biasanya dipanggil Will, Willi, tetapi sejak SMA diriku mulai dipanggil WeWe, bahkan guru sejarahku memanggilku dengan double u-double u. Gua sih ngk keberatan, tetapi kenapa…? Seorang mahasiswa semester dua yang berada dijurusan pelarian (IT), saat seseorang tidak tahu mau kuliah apa, maka apa yang akan muncul di pikiran anak tersebut dan orang tuanya disaat-saat terakhir? Tentu sa...

Jendela Kebohongan Chapter 5

 Chapter 5 : Interaksi  Akhir             Author berpikir bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat menghentikan dirinya, ternyata diriknyasalah. Menghentikan niatnya cukup sulit, tetapi pasti ada cara yang dapat mematahkan niatnya, usahnya, dan segalanya. Cerita ini dibuat berdasarkan sebuah pengalaman authornya yang sedang ia jalani, betapa ia ingin dirinya bertemu dengan seseorang. Betapa ia memiliki usaha menabung dengan memaksakan sedikit dirinya walau dirinya tahu dirinya sendiri tidak dapat menabung. Berharap cerita ini akan selesai. Plot dari cerita ini tidak akan sama dengan apa yang di harapkan author di dunia nyata, karena author ingin sebuah plot twist, tetapi tetap ingin memberikan sebuah feeling yang sama seperti ia mungkin saja rasakan ketika berhasil mewujudkan apa yang dia inginkan. Tetapi saat hal ini berlangsung, terjadilah sebuah interaksi kecil antara author dan seseorang.       ...

Jendela Kebohongan Chapter 4

Chapter 4 : Sebuah Koin             Setelah janjiku bersama Wesly, sedikit demi sedikit pandanganku terhadap uang mulai berubah, setiap koin merupakan sesuatu yang berharga. Setiap awal bulan aku tidak segan-segan menitipkan sejumlah uang bulananku yang cukup besar kepada Wesly, tidak diketahui oleh orang tuaku, aku tidak punya alasan untuk meminta lebih dari mereka. Masalah ini dibuat olehku dan hanya bisa diatasi oleh diriku sendiri.             Tiga bulan pertama adalah waktu paling menyiksa untukku. Diriku sejak awal bukanlah seseorang yang bisa menabung. Bukan berarti aku tidak pernah mencoba, tentu saja pernah hanya saja tidak pernah berhasil. Dari pagi dimana aku selalu ke sebuah mini market untuk membeli sarapan harus ku tiadakan, karena aku tahu roti dan susu dari mini market tersebut tidaklah murah, membuatku harus memikirkan apa yang harus kumakan saat pagi ha...

Jendela Kebohongan Chapter 3

Chapter 3 : Kesempatan Sebuah bunyi yang begitu menyakitkan terdengar di telingaku, sembari diriku terbangun secara perlahan dari tidurku. Sebuah alarm berbunyi yang menandakan sudah jam delapan pagi.             AAAAAAAAAAAAA….. Teriak diriku dalam hati, membenci setiap pagi dimana aku harus bangun pagi hanya untuk kuliah. Padahl sejak diriku SMA, aku selalu berharap saat aku kuliah. Setidaknya aku bisa bangun sedikit lebih lama. Tetapi, kampusku ternyata juga membenciku, menyuruhkan bangun pagi 5 kali dalam seminggu, bahkan di hari sabtu. Diriku dulu mencintai hari sabtu, tapi sekarang aku membencinya.             Lima belas menit telah berlalu, dan diriku masih saja terbaring diatas kasur. Masih mempertanyakan diri, apa aku harus bangun untuk kelas. Aku begitu ngantuk , hampir setiap pagi aku selalu berpikir seperti itu, dan hasil akhirnya selalu sama. Aku bangun de...

Jendela Kebohongan Chapter 2

Chapter 2 : Kebiasaan             Tak terasa waktu terlah berlalu tiga jam sejak aku bermain game ini, melihat kesudut bawah layar laptopku, terlihat sudah jam delapan lewat tiga empat. Aku mengambil handphoneku dan melihat bahwa benda tersebut sudah terisi penuh, diriku melepaskan charger tersebut dari handphoneku, lalu mebukanya, hal pertama yang kubuka tentu saja aplikasi L*ne, dan orang pertama yang kulihat adalah dia. Tidak ada balasan pikirku, lagipula dirinya selesai kuliah pas jam delapan lewat tiga puluh, belum terhitung dirinya harus pulang dan siap-siap untuk mengakhiri harinya.             Sudah pulang? Ketik diriku untukknya, tentu saja tidak langsung dibalas. Diriku langsung menutup handphone lalu kembali melihat kelayar laptopku. Menyadari bahwa diriku sudah kelelahan bermain, akhirnya aku menutp game tersebut. Mulai membuka internet dan membaca R*ddit. ...